Searching...
Kamis, 25 Maret 2010

Perjalanan Menuju Sumatra

Melanjutkan cerita sebelumnya di http://massol507.multiply.com/journal/item/231Saya akan coba menuangkannya di sini.Juni 2000 masa SMP segera tunai aku tinggal menunggu hasil pengumuman kelulusan. Masa itu menjadi masa yang teramat membosankan. Jenuh harus menunggu di rumah tidak bisa menikmati masa sekolah yang begitu menggembirakan. Sunyi tiada suara kegaduhan teman-teman. Sepi tiada senyuman manis yang biasa kunikmati dari mekar mawar bunga sekolah. ****"Bapak gak ada biaya untuk menyekolahkanmu lagi"Ucapan itu seakan menambah kegelisahanku. Rasa pesimis yang melunturkan semangatku. Kepasrahan yang membuatku lunglai karena di saat teman-teman membicarakan masa depan. Aku hanya bisa menelan ludah dalam-dalam. ****Kegembiraan terpancar dari raut wajah teman-temanku karena semuanya dinyatakan lulus. Hanya saja ada beberapa kawan menangis terisak karena nilainya tidak sesuai dengan yang diharapkan. "Sabar kawan, itulah yang terbaik untuk kamu menjadi lebih baik"****"Di situ ada kesulitan di situ jualah ada jalan"Sore itu Pak De dari Jakarta datang membawa kabar. Pak De memberitahukan bahwa adiknya yang di Sumatra siap menampungku. Siap memberi bantuan untukku agar dapat melanjutkan sekolah. Kabar itu bak pelita di tengah kegelapan."Weks, Sumatra? Jauh bener yah...""Sumatra? Kapan lagi kalo bukan sekarang!!"****Bapak, ok. Ibu? wah berat jika harus melepas putra sulungnya ini menjauh darinya meski sedari kecil memang sering ditinggal ke Jakarta. Dengan segala daya dan upaya untuk meyakinkan Ibunda, akhirnya dapat restu juga meski berat untuk berkaya. "Oke", hehehe.****Dengan modal pas-pasan ditambah simbah jual kambing akhirnya tiket sudah di tangan. Rabu sore pamitan dengan semua. Berangkat....!!!!!Terminal Pemalang menjadi saksi salah satu warganya bertolak ke tanah seberang demi menuntut ilmu (lebay yah, hehehe). Eh iya, ke Sumatra di antar sama simbah lanang lan mbah wadon ding. Maklum waktu itu aku baru berumur 16 tahun belum tahu apa-apa. Cuma baru tahu suka sama seseorang dan ditolak waktu mengungkapkannya (skip ah masih kecil).****Bus XXX Ekonomi (nama disamarkan) itulah kendaraan yang kami tumpangi. Kami duduk di bangku belakang. Namun sesampai di Terminal Tegal malapetaka bagi kami datang. Di sana ada penumpang baru. Dan oleh agennya kami di suruh duduk di depan. Ternyata, di depan sudah tidak ada bangku yang kosong. ketika kami hendak duduk di belakang lagi, penumpangnya tidak mau mengalah. Maklum simbah2ku sudah tua dan ga bisa berantem (lebay) memperebutkan bangku. Kamipun terpaksa duduk di bangku tempel yang ada di tengah. Inilah awal tersiksanya kami. Dengan bangku tempel itulah aku dan mbah-mbahku njut-njutan ke atas ke bawah. Mual rasanya.Sesampai di Pelabuhan Merak, bus langsung menuju Kapal Besar. Kami dan penumpang lainnya pun turun dari bus yang di parkir bersama kendaraan lain, panas. Kami menuju ke lantai atas bergabung dengan penumpang kapal lainnya."Ealah koyo ngene to rasane numpak kapal"Pesen segelas kopi, mahal. Pesen mie juga muahal.Aku menuju belakang kapal. Melihat air laut. Mual pusing, perih dan kembung, huaaaaaaaak, muntah (jorok). Maklum diriku ini emang tukang mabuk kalo naik kendaraan. ****Selang lebih dari satu jam akhirnya kami kapal sampai ke tepi, Pelabuhan Bakahuni, Lampung. "Weis...Sumotro kiye...hahay"penumpang masuk kembali ke dalam Bus dan Bus pun keluar dari kapal. Bus akhirnya berhenti di pinggiran. "Nasi bungkus rongewu, aqua-qua, teh botol"Para pedagang makanan segera menyerbu."Beli nasi bu""Rongewu mas""Ealah murah btw busway kok ngomonge jawa yah"Perut yang memang tidak karuan kupaksa dengan nasi bungkus, gak habis.Ternyata di lampung banyak pendatang atau keturunan jowo.****Perjalananpun dilanjutkan. Lampung masih penuh dengan hutan. Jalan dari pelabuhan juga tidak selebar jalanan di Jawa. Malah ada yang rusak pula. Banyak truk-truk berjajar di jalanan."Weis..lewat Lampung, rek"Dari Lampung lewat mana yah. Rada lupa karena dengan kondisi yang tidak karuan aku gak ngeh dengan yang dilewati. Belum lagi yang dibenak hanya sekolah-sekolah dan sekolah. Rasanya pengen cepet sampai karena takut telat mendaftar.Yang aku ngeh adalah jalan berkelok dan berjurang yang membuat kami semakin mual-mual. Juga saat melintas di sebuah Danau yang amat luas Danau Singkarak di Sumbar kayaknya.Alunan khas daerah juga menggema di sepanjang perjalanan. "Sumatra oh Sumatra engkau penuh dengan bukit bakukuliang dan jalan bakelok yang membuatku semakin rontok (jiah)"****Dan Pagi buta Sabtu kami sampai di Simpang Tiga Kotapinang, Sumatra Utara. Eh becaknya bermotor, asyik bener meski hatiku yang risau badan pun kacau. Naiklah kami menuju kantor Polisi dimana Pakdeku bekerja. Ah, Pakde lagi ga di kantor. Akhirnya kami di antar becak menuju rumah Pak de di Kalapane. Niat menggebu untuk langsung mendaftar di SMU setempat pun terpaksa ku urungkan karena badanku rontok. Brak!!!Note : cerita rada dilebay2kan dan di dramatisirTengkyu

0 komentar:

 
Back to top!